This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Translate

Senin, 08 Juli 2013

Laporan Field Research Ronggowarsito


 “KEPURBAKALAAN PENINGGALAN HINDHU
LAPORAN KUNJUNGAN KE MUSEUM RONGGOWARSITO
Disusun guna memenuhi tugas penelitian mata kuliah
Islam dan Budaya Jawa
yang diampu oleh: M. Rikza Chamami, MSI







Disusun oleh: 
Achmad Umar                        (103311001) 
Siti Hana                                 (103211045) 
Ulfa Muth Mainnah                (103211050)
Wiga Lutfiana                         (103211070)
Abdullah Mujib                       (113211014
                                               Jamaluddin                              (113211055)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2013





I.            PENDAHULUAN
Sejarah mencatat, bahwa dalam  perkembangannya, Islam di Indonesia tidak berjalan mulus. Sebelum akhirnya menjadi sebuah agama mayoritas dengan penganut sebesar 85 % dari penduduk Indonesia, para penyebar agama Islam harus menghadapi berbagai macam batu sandungan. Baik dari faktor alam berupa medan yang sulit dilintasi maupun faktor manusia berupa pertentangan dari rakyat maupun pemerintah yang berkuasa.
Adalah “Hindhu” sebuah agama yang lebih dahulu dianut Masyarakat Indonesia sebelum datangnya Islam. Hampir semua bagian wilayah Indonesia terjamah oleh agama ini. Tidak terkecuali pulau Jawa. Kurang lebih sejak 6 Abad yang lalu, Hindhu telah dianut oleh masyarakat setempat. Sebagai agama mayoritas pada masa itu, Hindhu memberikan pengaruh yang kuat terhadap kehidupan  masyarakat Jawa, serta mewariskan berbagai bentuk peninggalan dan tradisi yang sampai saat ini masih banyak dilestarikan oleh masyarakat.
Tradisi Hindhu yang masih dilaksanakan masyarakat Jawa bisa ditemukan pada upacara-upacara keagamaan seperti sekaten, kesenian, seperti wayang kulit dan tari-tarian serta masih banyak lagi yang lainnya. Untuk benda-benda peninggalan Hindhu di Jawa, yang paling kentara adalah adanya bangunan candi-candi seperti candi Borobudur, candi Dieng, dan lain sebagainya.
Setelah Islam datang, posisi Hindhu pun tergeser dan perlahan mulai melemah. Ketika keberadaan Hindhu hanya tinggal sisa, barang-barang peninggalannya pun banyak yang menghilang atau terkubur. Barang barang tersebut kemudian ditemukan oleh  Para sejarawan atau masyarakat umum, dan kemudian diabadikan dalam sebuah museum. Salah satu museum yang mengabadikan benda-benda peninggalan agama Hindhu adalah museum Ronggowarsito yang terletak di Jl. Abdulrahman Saleh No. 1 Semarang.
Dalam kunjungan ke museum Ronggowarsito pekan lalu, kelompok kami bertugas mengamati kepurbakalaan Hindhu yang ada di dalam museum. Berbagai replika arca peninggalan Hindhu terdapat di sana. Melalui laporan ini kami akan memaparkan hasil pengamatan kami secara leih lengkap. Selamat membaca.

II.         RUMUSAN MASALAH
Apa saja peninggalan agama Hindhu yang terdapat di dalam museum?

III.      PEMBAHASAN
HASIL PENGAMATAN DI MUSEUM RONGGOWARSITO
1.      Arca Mahakala (Asal; Kab. Semarang)
Mahalaka merupakan salah satu aspek Siwa dalam bentuk Ugra (menyeramkan). Sebagai mahakala, peran Siwa adalah sebagai pembinasa/ penghukum. Mahakala disebut juga sang waktu, sang pembinasa atau sang pembunuh (The Great Black One). 




2.      Agastya Siwa Mahaguru (Asal; Kab. Semarang)
Merupakan perwujudan siwa dalam bentuk lain, yaitu seoang Resi, dia juga dikenal dengan nama “Betara Guru”. Agastya adalah orang yang sangat bijaksana, yang memperkenalkan Hindhu dan peradabannya ke India Selatan.
Agastya digambarkan sebagai orang tua, perut buncit, berkumis dan berjenggot. Pakaian yang dikenakan sederhana, laksana yang dipakai adalah kamandalu (kendi tempat air kehisupan/ amarta) dan trisula. Agastya diinterpretasikansebagai pemindahan gunung, seorang Resi anak dari Varna dan Urwasi, karena telah menyebarkan agama ke selatan, maka ia dianggap Siwa.


3.      Arca Durgamahisȃsuramardini (Asal; Kab. Semarang)
Dalam mitologi Hindhu, ia dikenal sebagai Dewi yang menyeramkan. Durgamahisasuramardini merupakan aspek lain dari Sakti Siwa, Parwati/ Uma dalam bentuk Krodha (menyeramkan). Dalam peranannya, parvati hampir sama dengan Siwa.




4.      Prasasti Temanggung (Asal; Kab. Temanggung)
Prasasti berbahan batu, berasal dari abad VIII M. Tulisan dengan bahan huruf dan bahasa Jawa kuno. Isi dari prasasti tersebut sebagai berikut;
Swasti saka warsatita 785 sada masa pancami kresnapaksa
Paniruan-wagai buda wara
Uttar sada nakstra sobha
Gya yoga tatkala pitama .... (pecah)
Wangkun wanusuk sima i........
Panjang watak pikatan sang ...
....t ma wamira iri kanang ...
........................
.... manuku anak wanuwa i .....

(Terjemahan; selamat tahun baru saka 785, bulan asada 5 saparo gelap paniruan wage hari rabu, bintang utara sada, bogya subagya pada waktu orang tua-tua di Wangkun menentukan daerah perdikan panjang, daerah pikatan........., .........saksi waktu itu ...............
.......... Manuku penduduk desa di............)
5.      Arca Sri Wasudara (Asal; Kab. Batang)
Sri adalah salah satu dewi dalam pantoen hindhu dan merupakan sakti  (istri) dari dewa wisnu. Biasanya Sri disebut dengan Sri-Laksmi dalam budha mahayana, Sri disebut dengan Wasudara istri dari Jambala (dewa kemakmuran) yang merupakan pelindung dan kemakmuran, maka Sri atau Wasudara juga memiliki peranan yang sama dengan Wisnu ataupun Jambala yaitu dewi kemakmuran.


6.      Arca ganesha (Asal; Ds. Sawit. Kab. Boyolali, 11-06-1984)
Ganesha dalam Ikonografi (ilmu pengarcaan) umumnya umumnya digambarkan sebagai makhluk yang berbadan manusia dan berbadan gajah, berkepala gemuk, berperut buncit dan bergading satu.
Sebagai anak dewa Siwa, ganesha mempunyai beberapa jabatan dan laksana (tanda khusus yang dimiliki dewa). Jabatan tersebut diantaranya;


a.       Sebagai kepala gana (gajah pasukan pengiring siwa), maka ia disebut ganapati
b.     Sebagai dewa ilmu pengetahuan. Digambarkan dengan belalai yang menghisap mangkuk yang berisi ilmu pengetahuan, dan parasu (kapak) sebagai pemutus kebodohan.
c.       Sebagai dewa penghalang rintangan/ penolak bala, disebut ‘vighvesvara’
d.      Sebagai dewa perang, disebut ekadanta. Yang artinya yang bergading satu, yang didalam filosofinya ekadanta diartikan sebagai ‘zat tunggal yang kuat’. Ganesha kehilangan satu gadingnya ketika bertarung melawan parasutama (musuh para dewa). Oleh karena itu pada salah satu tangan ganesha memegang gading yang patah.
7.      Prasasti Nandi (Asal; Kab. Batang)
Nandi merupakan aspek Siwa dalam bentuk theriomorphic, yaitu penggambaran tokoh dalam bentuk binatang, dalam hal ini adalah binatang lembu. Didalam Hindhu, binatang sering digambarkan dalam hubungannya sebagai ‘vahana’ dewa (kendaraan dewa).
Pada bagian dasar (lapik) arca nandi tersebut terdapat tulisan pendek/ prasasti menggunakan huruf dan bahasa Jawa kuno.
8.      PRASASTI SAƞ PAMGAT SWAƞ
Prasasti yang berasal dari desa Jetak, Mungkid Kab. Magelang ditulis melingkar (3 baris) dibagian atas silinder menggunakan huruf dan bahasa Jawa kuno. Isi prasasti sebagai berikut;
Swasti saka warsatita 803 asujimasa ekadasi sukia paksa watuku kaliwuan sukraw’ra
Dhanista naksatra drtiamwata yoga tatkala saƞ pamgat swan man ma
(Terjemahan; selamat tahun baru saka, telah berjalan 803, bulalan asuji, tanggal 11 paro terang, warukung, kaliwuan hari jumat, bintang dhanista, onjungsi yoga, tarkala sang pamgat swang menetipkan sima).

9.      Arca Wisnu (Asal : Pekalongan)
Wisnu digambarkan memegang siput (Sakha) dan cakra (lambang dunia), berkendaraan burung garuda (lambang dari kelepasan jiwa) dan beristeri dewi Laksmi/ Dewi Sri, dianggap sebagai dea padi/ kemakmuran.wisnu dapat menjelma ke dalam tiga wujud, yaitu: api, halilintar, dan sinar matahari. penjelmaaan ini melambangkan perjalanan matahari dari mulai terbit, mencapai cakrawala dan terbenam.



IV.      ANALISIS BUDAYA JAWA
Dari peninggalan-peninggalan kepurbakalaan Hindhu yang ditemukan ditanah Jawa, menunjukkan bahwa Jawa pernah mengalami mutasi pertama atau yang disebut Indianisasi, mengingat bahwa agama Hindhu datang dari negara India. Selanjutnya Hindhu menjadi agama yang berkembang dan meninggalkan tradisi yang masih mengakar hingga saat ini. Beberapa contoh tradisi Hindhu yang masih melekat pada masyarakat Jawa adalah dalam bidang kesenian seperti pewayangan, tari-tarian, serat, dan lain sebagainya. Dalam bidang arsitektur, seperti gapura, pepunden, dan lain sebagainya. Dalam bidang politik, dikenal adanya kasta atau tingkat kedudukan dalam masyarakat. Terdapat tiga kasta dalam Hindhu, yaitu brahma, kesatria dan sudra, dan masih ada bidang lainnya.
Ketika Islam masuk ke tanah Jawa, maka ia harus menyesuaikan dengan tradisi yang berkembang dalam masyarakat setempat. Sehingga dari penyesuaian tersebut, saat ini bisa kita lihat hasil perpaduan antara Jawa Hindhu dan Islam dalam beberapa aspek sperti dalam bidang kesenian, jika pewayangan dalam Hindhu berkisah tentang Ramayana dan Mahabarata, dalam Islam kenudian wayang difungsikan sebagai sarana dakwah dengan cerita yang diambil dari babad, yakni mengkombinasikan cerita Ramayana dengan ajaran-ajaran Islam. Babad berupa prosa (gancaran) yang berisi riwayat dn sejarah seperti babad tanah Jawi, babad Demak dan lain-lain. Dalam bidang arsitektur, bangunan masjid yang ada pun mengikuti bentuk bangunan yang ada pada zaman Hindhu, bisa dilihat dari adanya gapura menuju masjid, menara, serambi, dan kubah yang merupakan salah satu corak arsitektur Hindhu.
Dengan adanya asimilasi Hindhu-Islam tersebut, maka Islam dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat Jawa karena mampu menyelaraskan dengan kebudayaan dan tradisi yang ada sebelumnya. Dari itu islam dapat bertahan dan berkembang sampai mampu menggeser posisi Hindhu hingga yang tertinggal hanya sisa-sisa kejayaannya di tanah Jawa.

V.         KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan di musium ranggawarsito tentang kepurbakalaan peninggalan hindhu menunjukkan bahwa di dalam ajaran Hindhu dikenal adanya trimurti, yaitu tiga dewa utama agama Hindhu brahma, wisnu, dan siwa. Brahma sebagai dewa pencipta, wisnu sebagai dewa pemeliharaan, dan siwa sebagai dewa penyeimbang. Trimurti dilambangkan kedalam bentuk-bentuk arca. Selain trimurti didalam Hindhu juga dikenal adanya dewa-dewa pengiring dan dewa-dewa kendaraan, seperti ganesha, agastya dan durga, serta nandi dan garuda.
Brahma
Brahma digambarkan memiliki 4 muka (catur mukha), menggunakan kendaraan (vahana) berupa angsa putih, memiliki istri (cakti) bernama dewi saraswati yang dianggap juga sebagai dewa ilmu pengetahuan dan seni musik.
Wisnu
Wisnu digambarkan memegang siput (sakha) dan cakra (lambang dunia), berkendaraan burung garuda dan beristri dewi laksmi/dewi sri, dianggap sebagai dewa padi/kemakmuran. Wisnu dapat menjelma kedalam tiga wujud, yaitu api, halilintar, api, dan sinar matahari. Penjelmaan ini melambangkan perjalanan matahari dari mulai terbit mencapai cakrawala, dan terbenam.
Siwa
Diantara tiga dewa trimurti, siwa merupakan dewa yang paling banyak menerima persembahan, khususnya dikalangan masyarakat jawa. Banyak nama-nama yang diberikan dewa siwa, misalnya: siwa mahadewa, siwa nataraja, dan pasupati. Siwa memiliki atribut utama berupa tongkat sebagai lambang kematian, tombak bermata tigasebagai lambang hukum dan pada mahkotanya terdapat lambang kedewaan. Siwa juga menggunakan kendaraan, berupa lembu jantan sebagai lambag dharma dan beristri dewi uma/dewi parwati.
Ganesha
Ganesha dilambangkan sebagai dewa ilmu pengetahuan dan dewa perang. Arca ganesha dilambangkan sebagai makhluk yang berbadan manusia tapi berkepala gajah, perut buncit dan gading kanannya patah. Atribut-atributnya berupa tasbih, tali dan pada mahkotanya terdapat bulan sabit dan tengkorak. Sebagai dewa ilmu pengetahuan, belali gaensha digabarkan menghisap otak, sebagai lambang ilmu pengetahuan, pada mangkuk yang digenggam pada tangan kirinya.
Agastya
Agastya disebut juga siwa mahaguru, merupakan perwujudna siwa dalam bentuk seorang resi. Agastya juga dikenal dengan nama batara guru, seorang resi yang sangat bijaksana dan bertugs menyebarkan ajaran agama Hindhu dan peradabannya kearah selatan india. Agastya digmabarkan dengan ciri-ciri sebagai : orang tua berkumis dan berjenggot panjang, perut buncit dan membawa atribut tongkat dan tasbih. Ditangan kanan dan kendi berisi air suci, ditangan kiri.
Durga
Di dalam mitos klasik, Durga digambarkan sebagai dewi yang cantik, sakti dan mampu mengalahkan asura, yaitu musuh para dewa. Asura digambarkan sebgai kerbau jantan yang sedang marah. Durga diciptakan para dewa ketika kayangan diserbu oleh Asura. Atribut durga diantaranya berupa: pedang, tameng, anak panah, dan cakra. Senjata-senjata tersebut merupakan pemberian para dewa untuk menghadapi asura. Karena kemampuannya mengalahkan Asura, Durga sering disebut secara lengkap Durgamahisasuramardhini.

VI.      PENUTUP
Dengan mengucap syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya laporan hasil kunjungan museum Ronggowarsito ini telah tunai kami sajikan. Ucapan terimakasih tak lupa kami sampaikan pada Bapak M.  Rikza Chamami, MSI yang telah memberikan pengarahan dalam proses penggarapan laporan ini. Juga kepada seluruh anggota kelompok, Umar, Ulfa, Hana, Wiga, Mujib dan Jamal, terimakasih atas kerja keras dan kerjasama kalian. Semoga usaha kita bermanfaat dan membuahkan hasil yang maksimal.
Sebagai karya manusia, tentu laporan ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, kami senantiasa menanti berbagai kritik yang konstruktif dari pembaca, sebagai bentuk koreksi bagi karya-karya selanjutnya.


Semarang, 8 Juli 2013

Penyusun



Jumat, 05 Juli 2013

makalah IBJ



MAKALAH
PENGERTIAN, CAKUPAN DAN SIGNIFIKANSI ISLAM DAN BUDAYA JAWA

Dipresentasikan dalam mata kuliah
Islam dan Budaya Jawa
yang diampu oleh: M. Rikza Chamami, MSI



 








Disusun oleh:
Siti Hana                                             (103211045)
Ulfa Muth Mainnah                            (103211050)                           
Wiga Lutfiana                                     (103211070)
Abdullah Mujib                                   (113211063)


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2013

I.                   PENDAHULUAN
Jawa merupakan sebuah pulau dan suku yang terdapat di Indonesia, yang meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta dan lain-lain dan setiap daerah mempunyai karakter budaya yang berbeda-beda. Masyarakat Jawa dipercaya memiliki kebudayaan khas dan berhubungan masyarakat Jawa menunjuk pada orang-orang yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang-orang yang menjujung tinggi sifat-sifat luhur dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Jawa. Dalam konteks Indonesia kebudayaan Jawa merupakan salah satu kebudayaan lokal yang berpengaruh penting karena memiliki arti yang penting bagi masyarakat Jawa karena mayoritas masyarakat Jawa memeluk agama Islam dengan demikian hubungan nilai-nilai Islam dengan kebudayaan Jawa menjadi menarik karena keberadaan Islam.
Proses Islamisasi di Jawa yang dimotori oleh kaum sufi, telah membawa perubahan-perubahan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat. Salah satu karakteristik orang Jawa adalah kebiasaan hidup dalam suasana mistis, mistik sebagai sikap hidup, pola piker dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari (Al-Payami, 1992:113). Dengan demikian kedatangan agama Islam yang membawa ajaran esoteric, mengajarkan mistik, tidak membuat masyarakat Jawa kaget dan gumun. Di sini terjadi pergumulan mistik Islam dengan mistik Jawa. Pada dasarnya bertemunya dua ajaran yang memiliki dasar dan ajaran berbeda. Bertemu dalam satu medium, terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain, yang akhirnya sama-sama menjadi sikap dan falsafah hidup.[1] 
II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Pengertian Islam, Kebudayaan Jawa
B.     Ciri-ciri Orang Jawa
C.     Tujuan Mempelajari IBJ

III.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian Islam dan Kebudayaan Jawa
1.      Pengertian Islam
Islam Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk Aslama-Yuslimu-Islaman yang artinya pasrah, tunduk. Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya .[2] Rasulullah SAW banyak menamakan beberapa perkara dengan sebutan Islam, misalnya: taslimu qalbi (penyerahan hati), salamatunnas minal lisan wal yad (tidak menyakiti oranglain dengan lisan dan tangan). Semua perkara ini disebut Rasulullah sebagai Islam, mengandung arti penyerahan diri, ketundukan dan kepatuhan yang nyata[3]. Dalam sebuah riwayat disebutkan tentang Islam, sebagaimana berikut:
الإسلامُ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَلَا تُشْرِكَ بِهِ وَ تُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوْضَةَ وَ تَصُوْمَ رَمَضَانَ وَ تُحِجَّ الْبَيْتَ
Artinya: “Islam adalah engkau menyembah Allah dan tidak berbuat syirik kepada-Nya, mendirikan shalat, membayar zakat yang diwajibkan, puasa Ramadhan dan berhaji ke Baitullah” (HR. Bukhari, Kitab Al-Iman, Bab Su’alu Jibril ‘an Nabi SAW ‘anil Iman wa Islam wa Ikhsan, no.50).[4]

Harun Nasution dalam bukunya Islam, ditinjau dari berbagai aspeknya menyebutkan, Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada ummat manusia melalui Nabi Muhammad SAW.[5] Dalam KBBI disebutkan bahwa Islam adalah agama yg diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. berpedoman pada kitab suci Alquran yg diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT[6].
Islam lahir di Makkah, ajaran Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul (utusan) Tuhan untuk membimbing manusia ke jalan yang benar. Islam sebagai agama adalah wahyu Allah yang ajarannya berisi perintah, larangan dan petunjuk untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat.
Setelah dipimpin oleh Nabi langsung dan di teruskan oleh sahabat-sahabatnya yang di juluki Khulafaur-Rasyidin, Islam mulai berkembang pesat akibat ekspansi yang dilakukan oleh daulah Islam setelahnya, seperti Bani Abbasiyah dan Umayyah. Ajaran Islam kemudian menyebar ke daerah–daerah luar jazirah Arab. Maka segera bertemu dengan berbagai peradaban dan budaya lokal yang sudah mengakar selama berabad–abad. Negeri-negeri yang sudah di datangi Islam seperti Mesir, Siria dan Negara Jazirah yang lain sudah lama mengenal filsafat Yunani, ajaran Hindu Budha, Majusi, dan Nasrani. Dengan demikian Islam yang tersebar senantiasa mengalami penyesuaian dengan lingkungan dan peradaban dan kebudayaan setempat, begitu pula yang terjadi di tanah Jawa.[7]
Islam dengan risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW adalah agama universal, ajarannya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan yang meliputi keimanan dan peribadatan, serta mengatur hubungan antara manusia dengan manusia dan lingkungannya yang disebut mu’amalah[8].
Adapun ciri-ciri Islam dapat dilihat dalam berbagai konsep yang dibawanya, yakni:
Pertama, Konsep teologi Islam yang di dasarkan pada prinsip tauhid sebagai konsep monotheisme dengan kadar paling tinggi. Konsep tauhid ini melahirkan wawasan kesatuan moral, kesatuan sosial, kesatuan ritual bahkan malah memberikan kesatuan identitas kultular.
Kedua, Konsep kedudukan manusia, dalam hubunganya dengan tuhan (hablum minallah), hubunganya dengan sesama manusia (hablum minannas), bahkan sesama makhluk, juga hubunganya dengan alam semesta. Hubungan-hubungan tersebut berada dalam jaringan kerja peribadatan dan kekhilafahan,yaitu fungsi ibadah dan fungsi khilafah.
Ketiga, konsep keilmuan sebagai bagian integratif dari kehidupan manusia. Wahyu perdana dari Al-Qur’an di samping membuat deklarasi kholaqol insan (Dia telah menciptakan manusia) juga mendeklarasikan alamal insan (Dia mengajarkan kepada manusia). Manusia ini selain di ciptakan oleh Allah,juga di beri kecerdasan ilmiah. Konsep ini ada kaitanya dengan janji Allah tentang Taskhiru ma fis samawati wa ma fil ardhi (apa yang ada di langit dan di bumi di peruntukan bagi manusia)
Keempat, Konsep ibadah dalam Islam. Disamping menyentuh aspek-aspek ritual, juga menyentuh aspek-aspek sosial dan juga aspek kultural[9].
2.      Pengertian Kebudayaan Jawa dan Batasan Wilayahnya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Budaya diartikan pikiran; akal budi, adat istiadat, sesuatu mengenai kebudayaan yg sudah berkembang (beradab, maju), sesuatu yg sudah menjadi kebiasaan yg sudah sukar diubah. Sedangkan Kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia spt kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, keseluruhan pengetahuan manusia sbg makhluk sosial yg digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yg menjadi pedoman tingkah lakunya[10].
Menurut Koentjaraningrat (1980), kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat di artikan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Sedangkan kata budaya merupakan perkembangan majemuk dari budi daya yang berarti daya dari budi. Sehingga di bedakan antara budaya yang berarti “daya dari budi” yang berupa cipta, rasa, karsa, dengan kebudayaan yang berarti hasil dari cipta, rasa, karsa[11].
Sedangkan menurut Clyde Kluchohn, kebudayaan adalah suatu sistem menyeluruh yang terbentuk oleh sejarah meliputi kehidupan manusia yang cenderung mempengaruhi pola hidup suatu kelompok[12].
Selanjutnya menurut konsep konsep B.Malinowske, kebudayaan di dunia mempunyai tujuh unsur universal yakni :
a.       Bahasa
b.      Sistem Teknologi
c.       Sistem mata pencaharia (ekonomi)
d.      Organisasi sosial
e.       Sistem pengetahuan
f.       Religi
g.      Kesenian[13].
Kebudayaan Jawa adalah kebudayaan masyarakat asli Jawa yang telah berkembang semenjak masa prasejarah. Sebagai halnya suku-suku sederhana lainnya budaya asli Jawa ini bertumpu dari religi animisme dan dinamisme. Dasar pikiran dalam religi animisme dan dinamisme bahwa dunia ini juga didiami oleh roh-roh halus termasuk roh nenek moyang dan juga kekuatan-kekuatan (daya-daya) ghaib[14].
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diambil kesimpulkan bahwa kebudayaan Jawa adalah sebuah sistem yang mencakup bahasa, sistem teknologi, mata pencaharian, organisasi sosial, corak berpikir, sistem kegamaan dan kesenian yang dianut dan dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Sedangkan yang dimaksud dengan islam dan kebudayaan Jawa adalah ajaran islam yang berkembang dan berjalan selaras dengan kebudayaaan masyarakat Jawa.
Menurut R. Wordward ciri Islam Jawa adalah kecepatan dan kedalamannya mempenetrasi masyarakat Hindu-Budha yang paling maju (sopheisticated). Hal ini dapat dilihat dari muatan karya sastra yang berpatronase dengan keraton seperti serat salokajiwa karya Ranggawarsita dan serat centhini karya Pakubuwana V dan nilai-nilai sufisme; ritual sekatenan dikorelasikan dengan rekonstruksi sejarah islam jawa; ajaran-ajaran Islam dalam pewayangan, dan penekanan bentuk keberagaman yang mengedepankan kesalehan praktis pada masyarakat jawa.[15]

B.     Ciri-ciri Orang Jawa
Dalam antropologi budaya dikenal beragam suku dan budaya, salah satunya masyarakat atau suku Jawa. Masyarakat Jawa adalah orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Jawa dengan ragam dialeknya secara turun-menurun. Suku bangsa Jawa adalah mereka yang bertempat tinggal di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, serta mereka yang berasal dari kedua daerah tersebut. Secara geografis suku bangsa Jawa mendiami tanah Jawa yang meliputi: Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang, dan Kediri. Sedangkan di luar itu, dinamakan pesisir dan ujung timur. Surakarta dan Yogyakarta yang merupakan dua bekas kerajaan Mataram pada sekitar abad ke-XVI adalah pusat dari kebudayaan Jawa. Keduanya adalah tempat kerajaan terakhir dari pemerintahan Raja-raja Jawa.[16]
Suku Jawa merupakan salah satu suku terbesar yang berdiam di negara Indonesia. Suku Jawa hidup dalam lingkup budaya yang sangat kental, yang mereka gunakan dalam berbagai kegiatan masyarakat, bahkan mulai dari kehamilan sampai kematian. Menurut Sujamto, 1997 budaya Jawa memiki empat ciri-ciri utama, yaitu;
Sebelum agama-agama besar masuk ke Jawa, masyarakat Jawa sudah mempercayai kepercayaan adanya tuhan yang melindungi mereka, dan keberagaman agama itu semakin berkualitas dengan masuknya agama besar, seperti: Hindu, Budha Islam dan Kristen, yang menjadikan masyarakat Jawa mempunyai toleransi keagamaan yang besar.
b.      Non doktriner
Artinya budaya Jawa itu luwes (fleksibel), karena sejak zaman dahulu masyarakat Jawa berpendapat bahwa perbedaan agama yang masuk sebenarnya hanya berbeda caranya saja, untuk menuju pada tercapainya satu tujuan yang sama.
c.       Toleran
Masyarakat Jawa selalu mengutamakan gotong royong, selain itu juga bisa menerima perbedaan pendapat dan menghormati pendapat orang lain.
d.      Akomodatif
Kebudayaan Jawa selain penuh dengan pelajaran-pelajaran mengenai budi pekerti luhur juga mau menerima masuknya budaya asing yang masuk yang sesuai dan bermanfaat bagi masyarakat.[17]
Dari ciri-ciri budaya Jawa diatas, memberikan corak, sifat dan kecenderungan yang khas bagi orang Jawa yang antara lain adalah:
1.      Masyarakat Jawa identik dengan berbagai sikap sopan, segan, menyembunyikan perasaan alias tidak suka to the poin.
2.      Menjaga etika berbicara baik secara konten isi dan bahasa perkataan maupun objek yang diajak berbicara. Hal ini bisa terlihat dengan adanya strata (tingkatan) bahasa dalam suku jawa.
3.      Suku Jawa umumnya mereka lebih suka menyembunyikan perasaan. Menampik tawaran dengan halus demi sebuah etika dan sopan santun sikap yang dijaga.
4.      Narimo ing pandum adalah salah satu konsep hidup yang dianut oleh Orang Jawa. Pola ini menggambarkan sikap hidup yang serba pasrah dengan segala keputusan yang ditentukan oleh Tuhan. Orang Jawa memang menyakini bahwa kehidupan ini ada yang mengatur dan tidak dapat ditentang begitu saja.
5.      Ciri khas lain yang tak bisa di tinggalkan adalah sifat Gotong royong atau saling membantu sesama orang di lingkungan hidupnya apalagi lebih kentara sifat itu bila kita bertandang ke pelosok pelosok daerah suku Jawa di mana sikap gotong royong akan selalu terlihat di dalam setiap sendi kehidupannya baik itu suasana suka maupun duka. 
6.      Dan, yang tidak dapat kita abaikan adalah sikap hidup orang Jawa yang menejunjung tinggi nilai-nilai positif dalam kehidupan. Dalam interaksi antar personal di masyarakat, mereka selalu saling menjaga segala kata dan perbuatan untuk tidak menyakiti hati orang lain. Mereka begitu menghargai persahabatan sehingga eksistensi orang lain sangat dijunjung sebagai sesuatu yang sangat penting. Mereka tidak ingin orang lain atau dirinya mengalami sakit hati atau terseinggung oleh perkataan dan perbuatan yang dilakukan sebab bagi orang Jawa, ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono artinya, harga diri seseorang dari lidahnya (omongannya), harga badan dari pakaian

C.    Tujuan Mempelajari IBJ
Dalam nilai kearifan warisan budaya Jawa yang diajarkan kepada kita menuntut untuk  pengkajian dan pemahaman akan budaya yang selama ini kita jalankan. Adapun tujuannya antara lain:
a.       Mengetahui bagaimana Islam yang ada di Jawa.
c.       Mengetahui pesan-pesan moral yang terkandung dalam kebudayaan jawa
d.      Menumbuhkan sikap arif dalam menyikapi berbagai jenis kebudayaan Jawa dan keberagaman ritual keagamaannya[18].
e.       Memotivasi masyarakat untuk menumbuhkan rasa kesadaran kebudayaan.
f.       Mengetahui hal-hal yang ada dalam sejarah masyarakat Jawa dan kebudayaan yang dibangunnya, serta pengaruh yang ditimbulkan terhadap ajaran Islam yang sudah sejak lama mendiami dan berasimilasi satu sama lain
g.      Menumbuhkan spiritualisme, mendorong masyarakat untuk mengimbangi derasnya arus konsumerisme budaya tersebut  dalam era globalisasi melalui peningkatan pendidikan dan keimanan

D.    KESIMPULAN
Islam berasal dari bahasa Arab Aslama-Yuslimu-Islaman yang artinya pasrah, tunduk sedangkan secata istilah, Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada ummat manusia melalui Nabi Muhammad SAW.
Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti pikiran. Kebudayaan Jawa adalah sebuah sistem yang mencakup bahasa, sistem teknologi, mata pencaharian, organisasi sosial, corak berpikir, sistem kegamaan dan kesenian yang dianut dan dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Sedangkan yang dimaksud dengan islam dan kebudayaan Jawa adalah ajaran islam yang berkembang dan berjalan selaras dengan kebudayaaan masyarakat Jawa.
Budaya Jawa memiliki ciri-ciri Religius, Non doktriner, Toleran, Akomodatif, Optimistic. Hal ini membawa masyarakat Jawa memiliki corak, sifat dan kecenderungan yang khas, yakni identik dengan sikap sopan, segan, tidak menampakkan perasaan secara langsung, senantiasa menjaga sopan santun, nerimo ing pandum, gotong royong, dan senantiasa menejunjung tinggi nilai-nilai positif dalam kehidupan.
Dengan mempelajari Islam dan Budaya Jawa, diharapkan mampu mengetahui hal-hal yang ada dalam sejarah masyarakat Jawa dan kebudayaan yang dibangunnya, mengetahui isi kandungan ajaran Islam yang terdapat dalam budaya Jawa, mengetahui pesan-pesan moral yang terkandung dalam kebudayaan jawa, dan menumbuhkan sikap arif dalam menyikapi berbagai jenis kebudayaan Jawa dan keberagaman ritual keagamaannya.

E.     PENUTUP
Demikian makalah yang dapat pemakalah sajikan. Kekurangan dan kelemahan dalam makalah adalah suatu keniscayaan dan menjadi sifat dasar manusia yang jauh dari sempurna. Maka, masukan, sanggahan, dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini di masa mendatang.











DAFTAR PUSTAKA

Chamami, M. Rikza, Studi Islam Kontemporer, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2012.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga.  Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Hana, Siti, Makalah Pergeseran Nilai-Nilai Budaya Jawa Di Era Globalisasi, Semarang: IAIN Walisongo, 2010.
Hasan, Muhammad Tholhah, Islam dalam Perpektif Sosio Kultural, Jakarta: Lantabora Press. 2004.
Khalim, Samidi, Islam dan Spiritualitas Jawa, Semarang: RaSAIL Media Group, 2008,
M, Hariwijaya, Islam Kejawen, Yogyakarta : Gelombang Pasang, 2006,  cet II,
Nasution, Harun, Islam, ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid 1. Jakarta: Bulan Bintang, 1974
Simuh, Keunikan Interaksi Islam Dan Budaya Jawa,
Sualiman, M, Munandar, Ilmu Budaya Dasar, Bandung; Rosda Offset, 1988.
Syukur, M. Amin, Pengantar Studi Islam, Semarang: Pustaka Nuun, 2010
Tim Ahli Tauhid, Kitab Tauhid 2, Jakarta: Yayasan Al-Sofwa, 2001.
Suwito, Yuwono Sri Jati Diri dan Krisis Budaya, http://inawan.multiply.com/journal/item/14/JATI_DIRI_DAN_KRISIS_BUDAYA.
Yati, Tujuan Belajar Islam Budaya Jawa,  http://yatiriyan.blogspot.com/2013/01/tujuan-belajar-islam-budaya-jawa-tujuan_13.html, diakses 26 Maret 2013








BIODATA PEMAKALAH

1.      Nama                           : Siti Hana
Nim                             : 103211045
Jurusan/prodi               : PBA
TTL                             : Demak, 20 Oktober 1992
Pendidikan                  : MI Al-Hadi 03
                                      SMP Ky Ageng Giri Mranggen
                                      SMA Ky Ageng Giri Mranggen
Alamat                                    : Girikusumo,RT 04/03, Banyumeneng, Mranggen, Demak 59567
Nomor Tlp.                  : 085641870466
Email                           : hansmail17@yahoo.com
Fb                                : Siti Hana
Motto Hidup               : Jika kau tak mampu berlaku baik, maka jangan berbuat jahat
2.      Nama                           : Ulfah Muth Mainnah
Nim                             : 103211050
Jurusan/prodi               : PBA
TTL                             : Bekasi, 24 April 1990
Pendidikan                  : MI Islamiyah Podorejo
                                      SMP Hasanuddin 07 Podorejo
                                      MA Ar-Risalah Ponorogo
Alamat                                    : Podorejo, Rt 01/010, Ngaliyan, Semarang
Nomor Tlp.                  : 085642685390
Email                           : ulfa.muthmainnah629@gmail.com
Fb                                : Ashla Syifa
Motto Hidup               : be the master of your destiny
3.      Nama                           : Wiga Lutfiana
Nim                             : 103211070
Jurusan/prodi               : PBA
TTL                             : Wonosobo, 24 Juni 1992
Pendidikan                  : MI Ma’arif Serang Sari
                                      SMP N 1 Kejajar
                                      SMA N 1 Wonosobo
Alamat                            : Gemblengan, Garung, Wonosobo
Nomor Tlp.                  : 085643277668
Email                           : san_lumphianoz@yahoo.com
Fb                                : Wigana Lumphiana
Motto Hidup               : positif thinking
4.      Nama                           : Abdullah Mujib
Nim                             : 113211014
Jurusan/prodi               : PBA
TTL                             : Demak, 18 Juli 1993
Pendidikan                  : MI TBS II Kudus
                                      MTs TBS Kudus
                                      MA TBS Kudus
Alamat                                    : Karanganyar, Karanganyar, Demak
Nomor Tlp.                  : 085879892509
Email                           : moe_djieb@yahoo.com
Fb                                : Abdullah Ennerazzury
Motto Hidup               : Maca Sholawat



[1] Samidi Khalim, Islam dan Spiritualitas Jawa, Semarang: RaSAIL Media Group, 2008, hlm.vii
[2]Arti Islam Etimologis dan Terminologis, http://pusdai.wordpress.com/2008/11/12/arti-islam-etimologis-terminologis/
[3] Tim Ahli Tauhid, Kitab Tauhid 2, (Jakarta: Yayasan Al-Sofwa, 2001), hlm. 11
[4] Ibid, hlm. 11
[5] Harun Nasution, Islam, ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid 1. Jakarta: Bulan Bintang, 1974, hlm. 17
[6] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga.  Jakarta: Balai Pustaka, 2005, hlm. 444
[7] Hariwijaya M, Islam Kejawen, (Yogyakarta : Gelombang Pasang, 2006), cet II, hlm. 165-166
[8] Prof. Dr. H.M. Amin Syukur, MA, Pengantar Studi Islam, Semarang: Pustaka Nuun, 2010, hlm. 30
[9] Muhammad  Tholhah Hasan,, Islam dalam Perpektif  Sosio Kultural, Jakarta: Lantabora Press, 2004, hlm 4-5
[10] Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit, hlm. 169
[11] Sualiman, M, Munandar, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung; Rosda Offset, 1988),  hlm. 21
[12] Yuwono Sri Suwito, Jati Diri dan Krisis Budaya,
[13] Sualiman, M, Munandar,Op.Cit, hlm. 22-23
[14] Prof. Dr. Simuh, Keunikan Interaksi Islam Dan Budaya Jawa, hlm. 6
[15] M. Rikza Chamami, Studi Islam Kontemporer, (semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2012), hlm. 178
[16] Samidi Khalim, Op.Cit, hlm. 4
[17] Siti Hana, Makalah Pergeseran Nilai-Nilai Budaya Jawa Di Era Globalisasi, Semarang: IAIN Walisongo, 2010. hlm. 2-3
[18] Yati, Tujuan Belajar Islam Budaya Jawa,  http://yatiriyan.blogspot.com/2013/01/tujuan-belajar-islam-budaya-jawa-tujuan_13.html, diakses 26 Maret 2013