MAKALAH
PENGERTIAN,
CAKUPAN DAN SIGNIFIKANSI ISLAM
DAN BUDAYA JAWA
Dipresentasikan
dalam mata kuliah
Islam
dan Budaya Jawa
yang diampu
oleh: M. Rikza Chamami, MSI
Disusun
oleh:
Siti Hana (103211045)
Ulfa Muth Mainnah (103211050)
Wiga Lutfiana (103211070)
Abdullah Mujib (113211063)
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2013
I.
PENDAHULUAN
Jawa merupakan sebuah pulau dan
suku yang terdapat di Indonesia, yang meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta
dan lain-lain dan setiap daerah mempunyai karakter budaya yang berbeda-beda.
Masyarakat Jawa dipercaya memiliki kebudayaan khas dan berhubungan masyarakat Jawa
menunjuk pada orang-orang yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai
orang-orang yang menjujung tinggi sifat-sifat luhur dan kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat Jawa. Dalam konteks Indonesia kebudayaan Jawa merupakan
salah satu kebudayaan lokal yang berpengaruh penting karena memiliki arti yang
penting bagi masyarakat Jawa karena mayoritas masyarakat Jawa memeluk agama Islam
dengan demikian hubungan nilai-nilai Islam dengan kebudayaan Jawa menjadi menarik
karena keberadaan Islam.
Proses Islamisasi di Jawa yang
dimotori oleh kaum sufi, telah membawa perubahan-perubahan dalam berbagai sendi
kehidupan masyarakat. Salah satu karakteristik orang Jawa adalah kebiasaan
hidup dalam suasana mistis, mistik sebagai sikap hidup, pola piker dan
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari (Al-Payami, 1992:113). Dengan demikian
kedatangan agama Islam yang membawa ajaran esoteric, mengajarkan mistik,
tidak membuat masyarakat Jawa kaget dan gumun. Di sini terjadi
pergumulan mistik Islam dengan mistik Jawa. Pada dasarnya bertemunya dua ajaran
yang memiliki dasar dan ajaran berbeda. Bertemu dalam satu medium, terjadi
proses saling mempengaruhi satu sama lain, yang akhirnya sama-sama menjadi
sikap dan falsafah hidup.[1]
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Pengertian
Islam, Kebudayaan Jawa
B.
Ciri-ciri
Orang Jawa
C.
Tujuan
Mempelajari IBJ
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Islam dan Kebudayaan Jawa
1.
Pengertian Islam
Islam
Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa
Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk Aslama-Yuslimu-Islaman
yang artinya pasrah, tunduk. Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam.
Pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri
kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya .[2]
Rasulullah SAW banyak menamakan beberapa perkara dengan sebutan Islam,
misalnya: taslimu qalbi (penyerahan hati), salamatunnas minal lisan
wal yad (tidak menyakiti oranglain dengan lisan dan tangan). Semua perkara
ini disebut Rasulullah
sebagai Islam, mengandung arti penyerahan diri, ketundukan dan kepatuhan yang
nyata[3].
Dalam sebuah riwayat disebutkan tentang Islam, sebagaimana berikut:
الإسلامُ
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَلَا تُشْرِكَ بِهِ وَ تُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ
الزَّكَاةَ الْمَفْرُوْضَةَ وَ تَصُوْمَ رَمَضَانَ وَ تُحِجَّ الْبَيْتَ
Artinya: “Islam adalah engkau menyembah Allah dan tidak berbuat syirik
kepada-Nya, mendirikan shalat, membayar zakat yang diwajibkan, puasa Ramadhan
dan berhaji ke Baitullah” (HR. Bukhari, Kitab Al-Iman, Bab Su’alu Jibril
‘an Nabi SAW ‘anil Iman wa Islam wa Ikhsan, no.50).[4]
Harun Nasution dalam bukunya Islam, ditinjau dari berbagai aspeknya menyebutkan,
Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan
kepada ummat manusia melalui Nabi Muhammad SAW.[5] Dalam KBBI disebutkan bahwa Islam adalah agama yg
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. berpedoman pada kitab suci Alquran yg
diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT[6].
Islam
lahir di Makkah, ajaran Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
(utusan) Tuhan untuk membimbing manusia ke jalan yang benar. Islam sebagai
agama adalah wahyu Allah yang ajarannya berisi perintah, larangan dan petunjuk
untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat.
Setelah
dipimpin oleh Nabi langsung dan di teruskan oleh sahabat-sahabatnya yang di
juluki Khulafaur-Rasyidin, Islam mulai berkembang pesat akibat ekspansi yang
dilakukan oleh daulah Islam setelahnya, seperti Bani Abbasiyah dan Umayyah.
Ajaran Islam kemudian menyebar ke daerah–daerah luar jazirah Arab. Maka segera
bertemu dengan berbagai peradaban dan budaya lokal yang sudah mengakar selama
berabad–abad. Negeri-negeri yang sudah di datangi Islam seperti Mesir, Siria
dan Negara Jazirah yang lain sudah lama mengenal filsafat Yunani, ajaran Hindu
Budha, Majusi, dan Nasrani. Dengan demikian Islam yang tersebar senantiasa
mengalami penyesuaian dengan lingkungan dan peradaban dan kebudayaan setempat,
begitu pula yang terjadi di tanah Jawa.[7]
Islam
dengan risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW adalah agama universal, ajarannya
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan yang meliputi keimanan dan peribadatan,
serta mengatur hubungan antara manusia dengan manusia dan lingkungannya yang
disebut mu’amalah[8].
Adapun ciri-ciri Islam dapat
dilihat dalam berbagai konsep yang dibawanya, yakni:
Pertama,
Konsep teologi Islam yang di dasarkan pada prinsip tauhid sebagai konsep
monotheisme dengan kadar paling tinggi. Konsep tauhid ini melahirkan
wawasan kesatuan moral, kesatuan sosial, kesatuan ritual bahkan malah
memberikan kesatuan identitas kultular.
Kedua,
Konsep kedudukan manusia, dalam hubunganya dengan tuhan (hablum minallah),
hubunganya dengan sesama manusia (hablum minannas), bahkan sesama
makhluk, juga hubunganya dengan alam semesta. Hubungan-hubungan tersebut berada
dalam jaringan kerja peribadatan dan kekhilafahan,yaitu fungsi ibadah dan
fungsi khilafah.
Ketiga,
konsep keilmuan sebagai bagian integratif
dari kehidupan manusia. Wahyu perdana dari Al-Qur’an di samping membuat
deklarasi kholaqol insan (Dia telah menciptakan manusia) juga
mendeklarasikan alamal insan (Dia mengajarkan kepada manusia).
Manusia ini selain di ciptakan oleh Allah,juga di beri kecerdasan ilmiah. Konsep
ini ada kaitanya dengan janji Allah tentang Taskhiru ma fis samawati wa ma
fil ardhi (apa yang ada di langit dan di bumi di peruntukan bagi manusia)
Keempat,
Konsep ibadah dalam Islam. Disamping menyentuh aspek-aspek ritual, juga
menyentuh aspek-aspek sosial dan juga aspek kultural[9].
2.
Pengertian Kebudayaan
Jawa dan Batasan Wilayahnya
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Budaya diartikan pikiran; akal budi, adat istiadat, sesuatu mengenai
kebudayaan yg sudah berkembang (beradab, maju), sesuatu yg sudah menjadi
kebiasaan yg sudah sukar diubah. Sedangkan Kebudayaan diartikan sebagai
hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia spt kepercayaan,
kesenian, dan adat istiadat, keseluruhan pengetahuan manusia sbg makhluk sosial
yg digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yg menjadi
pedoman tingkah lakunya[10].
Menurut Koentjaraningrat (1980), kata
kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak
dari budhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian
kebudayaan dapat di artikan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Sedangkan kata budaya merupakan perkembangan majemuk dari budi daya yang
berarti daya dari budi. Sehingga di bedakan antara budaya yang berarti
“daya dari budi” yang berupa cipta, rasa, karsa, dengan kebudayaan yang
berarti hasil dari cipta, rasa, karsa[11].
Sedangkan menurut Clyde Kluchohn,
kebudayaan adalah suatu sistem menyeluruh yang
terbentuk oleh sejarah meliputi kehidupan manusia yang cenderung mempengaruhi
pola hidup suatu kelompok[12].
Selanjutnya menurut konsep konsep
B.Malinowske, kebudayaan di dunia mempunyai tujuh unsur universal yakni :
a.
Bahasa
b.
Sistem
Teknologi
c.
Sistem
mata pencaharia (ekonomi)
d.
Organisasi
sosial
e.
Sistem
pengetahuan
f.
Religi
Kebudayaan Jawa adalah kebudayaan masyarakat asli Jawa yang telah berkembang semenjak masa prasejarah. Sebagai halnya suku-suku
sederhana lainnya budaya asli Jawa ini bertumpu dari religi animisme dan dinamisme. Dasar pikiran dalam religi animisme dan
dinamisme bahwa dunia ini juga didiami oleh
roh-roh halus termasuk roh nenek moyang dan juga kekuatan-kekuatan (daya-daya) ghaib[14].
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diambil
kesimpulkan bahwa kebudayaan Jawa adalah sebuah sistem yang mencakup bahasa, sistem teknologi,
mata pencaharian, organisasi sosial, corak berpikir, sistem kegamaan dan
kesenian yang dianut dan dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat
setempat. Sedangkan yang dimaksud dengan islam dan kebudayaan Jawa adalah ajaran
islam yang berkembang dan berjalan selaras dengan kebudayaaan masyarakat Jawa.
Menurut R. Wordward ciri Islam Jawa adalah kecepatan dan
kedalamannya mempenetrasi masyarakat Hindu-Budha yang paling maju (sopheisticated).
Hal ini dapat dilihat dari muatan karya sastra yang berpatronase dengan keraton
seperti serat salokajiwa karya Ranggawarsita dan serat centhini
karya Pakubuwana V dan nilai-nilai sufisme; ritual sekatenan dikorelasikan
dengan rekonstruksi sejarah islam jawa; ajaran-ajaran Islam dalam pewayangan,
dan penekanan bentuk keberagaman yang mengedepankan kesalehan praktis pada
masyarakat jawa.[15]
B.
Ciri-ciri
Orang Jawa
Dalam antropologi
budaya dikenal beragam suku dan budaya, salah satunya masyarakat atau suku
Jawa. Masyarakat Jawa adalah orang-orang yang dalam hidup kesehariannya
menggunakan bahasa Jawa dengan ragam dialeknya secara turun-menurun. Suku
bangsa Jawa adalah mereka yang bertempat tinggal di daerah Jawa Tengah, Jawa
Timur, serta mereka yang berasal dari kedua daerah tersebut. Secara geografis
suku bangsa Jawa mendiami tanah Jawa yang meliputi: Banyumas, Kedu, Yogyakarta,
Surakarta, Madiun, Malang, dan Kediri. Sedangkan di luar itu, dinamakan pesisir
dan ujung timur. Surakarta dan Yogyakarta yang merupakan dua bekas kerajaan
Mataram pada sekitar abad ke-XVI adalah pusat dari kebudayaan Jawa. Keduanya
adalah tempat kerajaan terakhir dari pemerintahan Raja-raja Jawa.[16]
Suku Jawa merupakan
salah satu suku terbesar yang berdiam di negara Indonesia. Suku Jawa hidup
dalam lingkup budaya
yang sangat kental, yang mereka gunakan dalam berbagai kegiatan masyarakat,
bahkan mulai dari kehamilan sampai kematian. Menurut Sujamto, 1997 budaya Jawa memiki empat ciri-ciri utama, yaitu;
Sebelum agama-agama besar masuk
ke Jawa, masyarakat Jawa sudah mempercayai kepercayaan adanya tuhan yang
melindungi mereka, dan keberagaman agama itu semakin berkualitas dengan
masuknya agama besar, seperti: Hindu, Budha Islam dan Kristen, yang menjadikan
masyarakat Jawa mempunyai toleransi keagamaan yang besar.
b. Non doktriner
Artinya budaya Jawa itu luwes
(fleksibel), karena sejak zaman dahulu masyarakat Jawa berpendapat bahwa
perbedaan agama yang masuk sebenarnya hanya berbeda caranya saja, untuk menuju
pada tercapainya satu tujuan yang sama.
c. Toleran
Masyarakat Jawa selalu
mengutamakan gotong royong, selain itu juga bisa menerima perbedaan pendapat
dan menghormati pendapat orang lain.
d. Akomodatif
Kebudayaan Jawa selain penuh
dengan pelajaran-pelajaran mengenai budi pekerti luhur juga mau menerima
masuknya budaya asing yang masuk yang sesuai dan bermanfaat bagi masyarakat.[17]
Dari ciri-ciri budaya Jawa diatas, memberikan corak, sifat dan
kecenderungan yang khas bagi orang Jawa yang antara lain adalah:
1.
Masyarakat Jawa identik dengan berbagai sikap sopan, segan,
menyembunyikan perasaan alias tidak suka to the poin.
2.
Menjaga
etika berbicara baik secara konten isi dan bahasa perkataan maupun objek yang
diajak berbicara. Hal ini bisa terlihat dengan adanya strata (tingkatan) bahasa
dalam suku jawa.
3.
Suku
Jawa umumnya mereka lebih suka menyembunyikan perasaan. Menampik tawaran dengan
halus demi sebuah etika dan sopan santun sikap yang dijaga.
4.
Narimo
ing pandum adalah salah satu konsep hidup yang
dianut oleh Orang Jawa. Pola ini menggambarkan sikap hidup
yang serba pasrah dengan segala keputusan yang ditentukan oleh Tuhan. Orang Jawa
memang menyakini bahwa kehidupan ini ada yang mengatur dan tidak dapat
ditentang begitu saja.
5.
Ciri
khas lain yang tak bisa di tinggalkan adalah
sifat Gotong royong atau saling membantu sesama orang di
lingkungan hidupnya apalagi lebih kentara sifat itu bila kita bertandang ke
pelosok pelosok daerah suku Jawa di mana sikap gotong royong akan selalu
terlihat di dalam setiap sendi kehidupannya baik itu suasana suka maupun
duka.
6.
Dan,
yang tidak dapat kita abaikan adalah sikap hidup orang Jawa yang menejunjung tinggi nilai-nilai positif dalam kehidupan.
Dalam interaksi antar personal di masyarakat, mereka selalu saling menjaga
segala kata dan perbuatan untuk tidak menyakiti hati orang lain. Mereka begitu
menghargai persahabatan sehingga eksistensi orang lain sangat dijunjung sebagai
sesuatu yang sangat penting. Mereka tidak ingin orang lain atau dirinya
mengalami sakit hati atau terseinggung oleh perkataan dan perbuatan yang
dilakukan sebab bagi orang Jawa, ajining diri soko lathi, ajining rogo soko
busono artinya, harga diri seseorang dari lidahnya (omongannya), harga
badan dari pakaian
C.
Tujuan
Mempelajari IBJ
Dalam
nilai kearifan warisan budaya Jawa yang diajarkan kepada kita menuntut
untuk pengkajian dan pemahaman akan budaya yang selama ini kita jalankan.
Adapun tujuannya antara lain:
a.
Mengetahui
bagaimana Islam yang ada di Jawa.
c.
Mengetahui pesan-pesan moral yang terkandung dalam kebudayaan jawa
d.
Menumbuhkan sikap arif dalam menyikapi berbagai jenis kebudayaan Jawa dan
keberagaman ritual keagamaannya[18].
e.
Memotivasi masyarakat untuk menumbuhkan rasa kesadaran kebudayaan.
f.
Mengetahui hal-hal yang ada dalam sejarah masyarakat Jawa dan kebudayaan
yang dibangunnya, serta
pengaruh yang ditimbulkan terhadap ajaran Islam yang sudah sejak lama mendiami
dan berasimilasi satu sama lain
g.
Menumbuhkan spiritualisme, mendorong masyarakat
untuk mengimbangi derasnya arus konsumerisme budaya tersebut dalam era
globalisasi melalui peningkatan pendidikan dan keimanan
D.
KESIMPULAN
Islam berasal dari bahasa Arab Aslama-Yuslimu-Islaman
yang artinya pasrah, tunduk sedangkan secata istilah, Islam adalah agama
yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada ummat manusia melalui Nabi
Muhammad SAW.
Kebudayaan berasal dari kata
budaya yang berarti pikiran. Kebudayaan Jawa adalah sebuah sistem yang mencakup
bahasa, sistem teknologi, mata pencaharian, organisasi sosial, corak berpikir,
sistem kegamaan dan kesenian yang dianut dan dilestarikan secara turun-temurun
oleh masyarakat setempat. Sedangkan yang dimaksud dengan islam dan kebudayaan
Jawa adalah ajaran islam yang berkembang dan berjalan selaras dengan
kebudayaaan masyarakat Jawa.
Budaya Jawa memiliki ciri-ciri
Religius, Non doktriner, Toleran,
Akomodatif, Optimistic. Hal ini membawa masyarakat Jawa memiliki corak, sifat
dan kecenderungan yang khas, yakni identik dengan sikap sopan, segan, tidak
menampakkan perasaan secara langsung, senantiasa menjaga sopan santun, nerimo
ing pandum, gotong royong, dan senantiasa menejunjung tinggi nilai-nilai positif dalam kehidupan.
Dengan
mempelajari Islam dan Budaya Jawa, diharapkan mampu mengetahui hal-hal yang ada
dalam sejarah masyarakat Jawa dan kebudayaan yang dibangunnya, mengetahui isi
kandungan ajaran Islam yang terdapat dalam budaya Jawa, mengetahui pesan-pesan
moral yang terkandung dalam kebudayaan jawa, dan menumbuhkan sikap arif dalam
menyikapi berbagai jenis kebudayaan Jawa dan keberagaman ritual keagamaannya.
E.
PENUTUP
Demikian makalah yang dapat pemakalah
sajikan. Kekurangan dan kelemahan dalam makalah adalah suatu keniscayaan dan
menjadi sifat dasar manusia yang jauh dari sempurna. Maka, masukan, sanggahan,
dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini di
masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Chamami, M. Rikza, Studi Islam Kontemporer, Semarang: Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang, 2012.
Departemen Pendidikan
Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Hana, Siti, Makalah Pergeseran Nilai-Nilai Budaya Jawa Di Era
Globalisasi, Semarang: IAIN Walisongo, 2010.
Hasan,
Muhammad Tholhah, Islam dalam Perpektif Sosio Kultural, Jakarta:
Lantabora Press. 2004.
Khalim,
Samidi, Islam dan Spiritualitas Jawa, Semarang: RaSAIL Media Group,
2008,
M,
Hariwijaya, Islam Kejawen, Yogyakarta : Gelombang Pasang, 2006,
cet
II,
Nasution, Harun, Islam, ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid 1. Jakarta:
Bulan Bintang, 1974
Simuh, Keunikan Interaksi Islam Dan Budaya Jawa,
Sualiman,
M, Munandar, Ilmu Budaya Dasar, Bandung; Rosda Offset,
1988.
Syukur,
M. Amin, Pengantar Studi Islam, Semarang: Pustaka Nuun, 2010
Tim
Ahli Tauhid, Kitab Tauhid 2, Jakarta: Yayasan Al-Sofwa, 2001.
Arti
Islam Etimologis dan Terminologis, http://pusdai.wordpress.com/2008/11/12/arti-islam-etimologis-terminologis/
Suwito, Yuwono Sri Jati Diri dan Krisis Budaya, http://inawan.multiply.com/journal/item/14/JATI_DIRI_DAN_KRISIS_BUDAYA.
Yati,
Tujuan Belajar Islam Budaya Jawa, http://yatiriyan.blogspot.com/2013/01/tujuan-belajar-islam-budaya-jawa-tujuan_13.html,
diakses 26 Maret 2013
BIODATA
PEMAKALAH
1.
Nama : Siti Hana
Nim : 103211045
Jurusan/prodi : PBA
TTL : Demak, 20 Oktober
1992
Pendidikan : MI Al-Hadi 03
SMP Ky Ageng Giri
Mranggen
SMA Ky Ageng Giri Mranggen
Alamat : Girikusumo,RT
04/03, Banyumeneng, Mranggen, Demak 59567
Nomor Tlp. : 085641870466
Email : hansmail17@yahoo.com
Fb : Siti Hana
Motto Hidup : Jika kau tak mampu berlaku
baik, maka jangan berbuat jahat
2.
Nama : Ulfah Muth Mainnah
Nim : 103211050
Jurusan/prodi : PBA
TTL : Bekasi, 24 April 1990
Pendidikan : MI Islamiyah Podorejo
SMP Hasanuddin 07 Podorejo
MA Ar-Risalah Ponorogo
Alamat : Podorejo, Rt 01/010, Ngaliyan, Semarang
Nomor Tlp. : 085642685390
Email : ulfa.muthmainnah629@gmail.com
Fb : Ashla Syifa
Motto Hidup : be the master of your destiny
3.
Nama : Wiga Lutfiana
Nim : 103211070
Jurusan/prodi : PBA
TTL : Wonosobo, 24 Juni 1992
Pendidikan : MI Ma’arif Serang Sari
SMP N 1 Kejajar
SMA N 1 Wonosobo
Alamat : Gemblengan, Garung, Wonosobo
Nomor Tlp. : 085643277668
Email : san_lumphianoz@yahoo.com
Fb : Wigana
Lumphiana
Motto Hidup : positif thinking
4.
Nama : Abdullah Mujib
Nim : 113211014
Jurusan/prodi : PBA
TTL : Demak, 18 Juli 1993
Pendidikan : MI TBS II Kudus
MTs TBS Kudus
MA TBS Kudus
Alamat :
Karanganyar, Karanganyar, Demak
Nomor Tlp. : 085879892509
Email : moe_djieb@yahoo.com
Fb : Abdullah
Ennerazzury
Motto Hidup : Maca Sholawat
[2]Arti
Islam Etimologis dan Terminologis, http://pusdai.wordpress.com/2008/11/12/arti-islam-etimologis-terminologis/
[3] Tim
Ahli Tauhid, Kitab Tauhid 2, (Jakarta: Yayasan Al-Sofwa, 2001), hlm. 11
[5] Harun Nasution, Islam, ditinjau
dari berbagai aspeknya, Jilid 1. Jakarta: Bulan
Bintang, 1974, hlm. 17
[6] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2005, hlm. 444
[8]
Prof. Dr. H.M. Amin Syukur, MA, Pengantar Studi Islam, Semarang: Pustaka
Nuun, 2010, hlm. 30
[9] Muhammad Tholhah
Hasan,, Islam dalam Perpektif Sosio
Kultural, Jakarta: Lantabora Press, 2004, hlm 4-5
http://inawan.multiply.com/journal/item/14/JATI_DIRI_DAN_KRISIS_BUDAYA.
[15] M. Rikza Chamami, Studi Islam Kontemporer, (semarang: Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang, 2012), hlm. 178
[16]
Samidi Khalim, Op.Cit, hlm. 4
[17] Siti Hana, Makalah Pergeseran Nilai-Nilai Budaya Jawa Di Era
Globalisasi, Semarang: IAIN Walisongo, 2010. hlm. 2-3
[18]
Yati, Tujuan Belajar Islam Budaya Jawa, http://yatiriyan.blogspot.com/2013/01/tujuan-belajar-islam-budaya-jawa-tujuan_13.html,
diakses 26 Maret 2013
0 komentar:
Posting Komentar